Laman

Google Translate

Rabu, 22 Februari 2012

Tak Kapok, Rusia Siap Ulangi Misi ke Mars

Rusia menyatakan bahwa mereka akan mengulangi misi Phobos-Grunt mereka ke Mars jika lembaga antariksa Eropa (European Space Agency) memutuskan untuk tidak melibatkan Rusia dalam rencana program ExoMars mereka.

Seperti diketahui, misi Phobos-Grunt, yang bertujuan untuk mengambil sampel-sampel bebatuan dari Phobos, bulan milik planet Mars, diluncurkan pada 9 November lalu. Namun misi itu gagal karena ada kerusakan di mesin roket mereka dan akhirnya jatuh kembali ke Bumi, 15 Januari 2012.

“Kami telah berkonsultasi dengan ESA terkait partisipasi Rusia dalam proyek ExoMars,” kata Vladimir Popovkin, kepala lembaga antariksa Rusia (Roscomsmoc), dikutip dari UPI, 2 Februari 2012. “Jika tidak ada kata sepakat, kami akan mengulangi upaya untuk meluncurkan pesawat ke Phobos,” ucapnya.

Program ExoMars yang digelar oleh ESA sendiri bertujuan untuk mengirimkan pesawat ruang angkasa ke Mars di tahun 2016 mendatang. Robot yang dikirimkan akan menjelajahi planet itu selama 2 tahun kemudian.

ExoMars merupakan program kerjasama antara ESA dan NASA. Tetapi lembaga antariksa AS itu menyatakan bahwa partisipasi mereka tidak akan banyak dan mereka tidak akan menyediakan fasilitas peluncuran bagi pesawat tersebut.

Badan antariksa Rusia sendiri mengaku siap menyediakan sebuah roket Proton untuk meluncurkan pesawat pengorbit Mars itu, dan sebagai gantinya, mereka minta dilibatkan secara penuh dalam proyek eksplorasi di planet tersebut.

'Makanan' Black Hole: Asteroid

Tata surya kita, Bima Sakti, memiliki lubang hitam (black hole) raksasa yang dinamakan Sagittarius A*. Ilmuwan menduga, lubang hitam ini 'melahap' asteroid-asteroid yang bergerak mendekatinya.

Berdasarkan pengamatan NASA menggunakan sinar X,  Sagittarius A* memancarkan jilatan api saat melahap asteorid ini. Sinar ini membuatblack hole lebih terang 100 kali dibanding saat normal.

Lubang ini dikelilingi awan triliunan asteroid dan komet, kata ilmuwan. Benda-benda langit yang berjarak 100 juta mil akan tersedot ke dalam lubang dan terbakar.

"Studi menyebutkan bahwa lubang hitam memerlukan asteroid ini untuk memproduksi letupan api," kata Kastytis Zubovas dari University of Leicester, seperti dikutip dariDailymail.

Rekan Zubovas, Sergei Nayakshin, menambahkan orbit asteroid bisa berubah jika terlalu dekat dengan lubang hitam ini. Dan jika, terlempar ke lubang hitam, nasib asteroid ini sudah bisa dipastikan.

Jilatan api ini juga terdeteksi menggunakan infra merah oleh teleskop observatorium milik Eropa Selatan di Chile. Ilmuwan menduga jilatan ini dibuat dari bebatuan ruang angkasa yang berdiameter di atas 12 mil.

Lubang ini mungkin juga 'memakan' bebatuan yang lebih kecil tapi jilatannya sulit dideteksi.

Jika ada asteroid raksasa yang lewat terlalu dekat lubang hitam, kata ilmuwan, akan bergesekan dengan gas di Sagittarius A*. Reaksinya mirip saat meteor bergesekan dengan atmosfer saat akan masuk bumi. Jilatan api ini diproduksi asteroid yang akhirnya ditelan si lubang hitam.

Permukaan Mars Dipastikan Tak Bisa Dihuni

Anda pecinta film-film sains fiksi atau kehidupan di angkasa luar? Siap-siap untuk kecewa. Dari studi terakhir, permukaan planet Mars dipastikan merupakan tempat yang sangat tidak memungkinkan untuk menampung kehidupan. Apalagi setelah mengalami kekeringan selama 600 juta tahun terakhir.

Menurut peneliti dari Imperial College London, Inggris, planet merah itu telah benar-benar gersang selama kurun waktu tersebut dan sangat sulit bagi kehidupan untuk mampu bertahan di permukaannya.

Dalam studi, peneliti mengamati data yang dikumpulkan oleh Phoenix, satelit ruang angkasa milik NASA yang pada tahun 2008 lalu berangkat ke Mars. Seperti diketahui, tugas utama Phoenix sendiri adalah mendarat di sana dan mencari tanda-tanda apakah planet itu bisa dihuni. Phoenix juga digunakan untuk menganalisa es dan tanah yang ia dikumpulkan.

Sayangnya, hasil penelitian terhadap tanah yang diambil menunjukkan bahwa planet itu sudah gersang selama ratusan juta tahun. Kondisi ini terjadi meski ditemukan adanya serpihan-serpihan es di planet itu.

Dalam penelitian sebelumnya, memang diperkirakan bahwa Mars kemungkinan lebih hangat dan lebih basah di masa lalu. Namun jika demikian adanya, kondisi tersebut berada di kisaran 3 miliar tahun yang lalu.

Menurut peneliti, Phoenix memang hanya sempat menjelajah sebagian kecil saja dari planet itu. Namun dari citra satelit, serta dari penelitian-penelitian terdahulu, indikasinya adalah tanah yang serupa dengan sampel yang diambil oleh Phoenix, tersebar di seluruh Mars. Artinya, temuan terbaru ini bisa jadi berlaku di seluruh permukaan Mars.

“Kami mendapati bahwa meski banyak ditemukan es di Mars, planet itu telah mengalami kekeringan yang luar biasa yang kemungkinan telah berlangsung selama ratusan juta tahun,” kata Tom Pike, ketua tim peneliti, dikutip dari Mad Shrimps, 8 Februari 2012.

Meski demikian, Pike menyebutkan, ia dan timnya memperkirakan bahwa Mars yang kita ketahui saat ini sangat berbeda dengan Mars di masa lalu. “Misi NASA dan ESA di masa depan akan melakukan penggalian lebih dalam untuk mengetahui lebih lanjut peluang adanya kehidupan di bawah tanah,” ucapnya.

Search Engine

Total Tayangan Halaman